Pendekatan
Behavioral
Albert
Bandura
Albert Bandura lahir di Mundare, Kanada, pada 4
Desember 1925.Bandura mendapatkan gelar sarjana muda di bidang Psikologi di
University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian ia melanjutkan
studinya ke University Lowa dan mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1952. Pada
tahun 1953 ia mulai mengajar di Stanford University.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Bandura, untuk
menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku harus memperhatikan dua hal
penting. Pertama, manusia dapat
berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga manusia bukanlah
semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal tidak
hanya dimiliki oleh lingkungan, karena manusia dan lingkungan saling
berhubungan. Kedua, banyak aspek
fungsi kepribadian melibatkan interaksi seseorang dengan orang lain. Teori
kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku
itu iperoleh dan dipelihara.
Teori
belajar sosial Bandura didasarkan pada 3 konsep, yaitu:
1. Saling Menentukan (Determinis
Resiprokal)
Pendekatan
ini menjelaskan tingkah laku manusia dalam betuk interaksi timbal balik yang
terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan. Seseorang
menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan
lingkungan, tetapi juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan tersebut.
2. Tanpa Reinforsemen
Bandura
tidak sependapat dengan teori Skinner dan Hull yang dianggap terlalu bergantung
pada reinforsemen. Menurut Bandura, reinforsemen penting dalam menentukan
apakah suatu perilaku akan berulang atau tidak, tetapi itu bukanlah
satu-satunya pembentuk tingkah laku. Pokok dari teori belajar sosial adalah
seseorang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan melihat dan mengamati
kemudian mengulang apa yang ia lihat. Belajar dari observasi tanpa reinforsemen
yang terlibat berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3. Kognisi dan Regulasi Diri
Bandura
menyatakan bahwa manusia dapat mengatur dirinya sendiri (self regulation), mempengaruhi perilaku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri. Kemampuan berpikir simbolik menjadi cara yang kuat untuk
menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman dalam ingatan dalam
wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa
yang akan datang.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
a.
Sistem Self (Self System)
Bandura mengkritk Skinner, menurutnya Skinner seharusnya tidak
mengabaikan faktor internal sebagi pembentuk perilaku karena bukan faktor
ekstenal saja sebagai pembentuk perilaku melainkan juga faktor eksternal.
Selain itu, Bandura juga engkritik teori-teori psikoanalitik yang mana dalam
teorinya tidak menjelaskan perilaku yang berda didalam maupun yang diluar dari
kenyataan perilaku yang ada. Sehingga menurutnya, mereka tiak dapat menjelaskan
setiap perilaku yang ada terebih lagi meramalkannya. Menurutnya Bandura,
perilaku manusia disebabkan oleh determinasi timbal-balik yang melibatkan
perilaku, kognitif dan faktor lingkungan. Untuk leih jelasnya seperti yang
digambarkan pada tabel dibawah ini.
Hubungan antara
tingkah laku (T) – Pribadi (P) – Lingkungan (L) menurut Pavlov, Skinner, Lewin
dan Bandura.
Pavlov : lingkungan menjadi variable tunggal penentu tingkah laku |
Skinner : pribadi mempengaruhi tingkah laku melalui manipulasi lingkungan |
Lewin : pribadi dan lingkungan adalah 2 variabel independen yang memengaruhi tingkahlaku |
Bandura : Pribadi, Lingkungan, dan Tingkah laku saling memengaruhi |
Dapat dilihat dalam
tabel. Masing-masing faktor akan menunjuk menunjuk kearah yang disebut dan
menuju dua arah lainnyam yang menunjukkan interaksi timbal-balik diantar ketiga
faktot tersebut. Dalam tabel digambarkan selain rangsangan lingkungan faktor
pribadi seperti keyakinan an harapan juga mempengaruhi bagaimana bertingkahaku.
Sebagai contoh apabila kita merencanakan untuk makan dirumah makan, menu yang
kita pilih tidak hanya ditetukan oleh menu dan rangsangan lingkungan tetapi
juga ditentukan oleh sikap kita terhadap makanan, serta harapan kita terhadap
makanan. Cara seperti ini bisa membantu kita dalam merubah lingkungan.
b.
Regulasi Diri
Regulasi
diri adalah kemampuan untuk mengontrol perilaku sendriri. Melalui kemampuan
berfikir, seseorang dapat memanipulasi lingkungan, sehingga perubahan
lingkungan merupakan akibat dari manusia.
Menurut Bandura akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam
regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika
tujuan hampir tercapai, strategi proaktif akan menentukan tujuan baru yang
lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan
diri yaitu dengan memanipulasi faktor eksternal, memontor kemudian mengevaluasi
tingahlaku internal. Tingkahlaku merupakan hasil pengaruh dari resiprokal
faktor eksternal dan faktor internal tersebut.
Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor
eksternal yang mempengaruhi regullasi diri bisa melalui dua cara. Cara yang
pertama yaitu dengan memberi standar untuk mengevaluasi tingkahlaku. Standar
evalusi diri seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berinteraksi
degan pengaruh-pengaruh pribadi. Anak-anak akan
belajar baik-buruknya perilaku melalui orang tua dan gru. Selanjutnya
melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas mereka
kemudian akan mengambangkan standar untuk menilai prestasi diri.
Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Menrut Bandura ada 3 faktor Internal yang
empengaruhi regulasi diri:
1.
Observasi
diri (self observation)
Kita
haus memonitor serta memberikan prehatian secara selektf terhadap beberapa
aspek dari perilaku. Apa yang kita observasi tergantung dari minat serta konsep
yang ada pada masing-masing orang.
2.
Proses
penilaian atau mengadili tingkahlaku
(Jugdmental process)
Dilakukan dengan melihat kesesuaian
tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan tingkahlaku dengan norma
standar atau dengan tingkahlaku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya
suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi.
3.
Reaksi-diri-afektif
(self response)
Setelah mengamatidan menilai seseorang
mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menhadiahi atau
menghukum diri sendiri.
Tabel Regulasi Diri
Faktor Eksternal
|
Faktor Internal
|
||
Self-Observation
|
Judgmental Process
|
Self-Response
|
|
Standar
Masyarakat
Penguatan
|
Dimensi
Performansi
Kualita
Keseringan
Kuantita
Orisinalita
Kebenaran bukti
Dampak
Penyimpangan
Etika
|
Standar Pribadi
Sumber model
Sumber penguat
Pedoman Performansi
Norma standar
Perbandingan sosial
Perbandingan personal
Pebandingan kolektif
Menghargai Aktivitas
Sangat dihormati
Netral
Direndahkan
Atribusi Performasi
Lokus pribadi
Lokus eksternal
|
Reaksi evalusi diri
Positif
Negatif
Dampak terhadap self
Dihadiahi
Dihukumi
|
c.
Efikasi Diri
Efikasi
diri merupakan penilaian terhadap kemampa diri untuk mengatur dan melaksanakan
tndakan yang diperlukan untuk mencapa kinerja yang ditentukan. Bandura
mnyebutkan keyakinan tau harapan meupakan efikasi diri sedangkan hasilnya
merupakan ekspektasi hasil.
Efikasi berbeda dengan cita-cita.
Cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang harusnya dapat dicapai
sedangkan efikas menggambarkan kemampuan diri. Seorang dokter ahli bedah pasti
memiliki ekspektasi efikasi yang tinggi bahawa ia mampu melaksanakan operasi
tuor yang sesuai dengan standar rofesional. Namun ekspektasi hasilnya bisa
rendah. Karena keberhasilan tersebut tergantung daya tahan jantung apasien,
kemuarnian obat antibiotik, sterilitas, infeksi dan sebagainya.
Seseorang bisa memiliki ekspektasi hasil
realistik (apa yang diharapkan sesuai kenyataan hasilnya), atau sebaliknya.
Ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengahrap terlalu tinggi dari hasil nyata
yang daoat divcapai). Orang yang ekspektasinya tinggi (bahawa ia dapat
melakukan dengan tunttan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan
hasil sesuai denga kemampuan diri), ornag itu akan bekerja keras dan bertahan
mengerjakkan tugas sampai selesai.
d.
Sumber Efikasi
Efikasi diri
(perubahan ekspektasi efikasi / perubahan tingkah laku) merupakan kunci dalam
sistem Bandura. Efikasi diri merupakan persepsi tentang kemampuan kita untuk
menghasilkan dan mengontrol perilaku dalam hidup. Ada empat sumber informasi
untuk menilai tingkat efikasi diri, diantaranya: pengalaman performansi,
pengalaman vikarius, persuasi sosial, dan pembangkitan emosi.
1. Pengalaman
Performansi (Performance Accomplishment)
Merupakan
prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Performasi masa lalu
menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Ekspektasi perilaku
akan meningkat jika prestasi (masa lalu) nya bagus, sedangkan kegagalan
menurunkan efikasi. Pencapaian keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang
berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya.
·
Semakin sulit
tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
·
Kerja sendiri,
lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.
·
Kegagalan
menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.
·
Kegagalan
dalam suasana emosional / stress, dampaknya tidak seburuk kalau emosionalnya
stress.
·
Kegagalan
sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk
kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
·
Orang yang
biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.
2. Pengalaman Vikarius
(Vicarius Experience)
Didapat
melalui model sosial. Akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain,
dan sebaliknya akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira
sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan
diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati
kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau
mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam
jangka waktu yang lama.
3. Persuasi Sosial (Social
Persuation)
Melalui
persuasi sosial, efikasi diri dapat diperoleh, diperkuat, atau dilemahkan.
Sumber ini memberi dampak terbatas. Pada kondisi yang tepat, persuasi dari
orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi tersebut adalah rasa
percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang
dipersuasikan.
4. Keadaan Emosi (Emotional
/ Psychological States)
Keadaan emosi akan mempengaruhi self efficacy.
Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun,
peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.
e.
Efikasi diri sebagai prediktor tingkah laku
Menurut Bandura, sumber bagi kontrol tingkah laku adalah resiprokal
antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi merupakan variabel
pribadi yang penting yang jika digabungkan dengan tujuan-tujan yang sedikit
spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku
selanjutnya yang penting. Efikasi diri ini bersifat fragmental. Setiap indiidu
memiliki efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda tergantung
pda hal di bawah ini:
1.
Kemampuan yang dituntut oleh situasi
2.
Kehadiran orang lain
3.
Keadaan fisiologis dan emosional
f.
Efikasi kolektif
Efikasi
kolektif diartikan sebagai keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara
bersama-sama akan menghasilkan perubahan tertentu. Efikasi kolektif bukanlah
“jiwa kelompok”, tetapi efikasi pribadi seseorang dalam suatu kelompok yang
saling bekerjasama. Bandura menyatakan bahwa orang mengontrol kehidupan dirinya
bukan hanya dari efikasi diri individual, tetapi juga dengan efikasi kolektif.
Misalnya
dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi tinggi dalam berhenti merokok
atau melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah
tentang mengurangi polusi, bahaya tempat kerja, dan penyakit infeksi. Efikasi
diri dan efikasi kolektif saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Pengertian
dari dinamika sendiri adalah sesuatu yang dapat menggerakakan atau tenaga dari
dalam yang menggerakkan. Menurut Albert Bandura, motivasi adalah konstruk
kognitif ysng mempunyi dua sumber yaitu gambaran hasi pada masa yang akan
datang dan harapan keberhasilan yang
didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Dengan
kata lain harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan datang memotivasi
seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Begitu pula ketika sesorang tersebet
menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan,dan kemudian
mengevaluasi performansinya, orang tersebut termotivasi untuk bertindak pada
tingkat tertentu.
Bandura
berpendapat bahwa penguatan menjadi penyebab adanya belajar. Akan tetapi,
seseorang juga dapat belajar dengan bebrapa penguatan:
1.
Penguatan yang diwakilkan (vicarious reinforcement) yakni mengamati
orang lain yang mendapat penguatan
2.
Penguatan yang ditunda (expectation
reinforcement) adalah orang terus menerus melakukan tingkahlaku tanpa mendapat
penguatan karena ia berkeyakinan akan mendapatkn penguatan di kemudian
dikemudian hari
3.
Tanpa penguatan (beyond reinforcement)
yakni belajar tanpa ada penguatan sama sekali.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
A.
Belajar melalui observasi
a)
Peniruan (modelling)
modelling bukan hanya sekedar menirukan
atau mengulangi apa yang telah dilakukan oleh orang lain, tetapi modelling
melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, dan melibatan proses kognitif
b)
Modeling tingkah laku baru
melalui modeling orang dapat memperoleh
tingkah laku baru. Dengan adnya kemapuan kognitif yang bersifat simbolik,
membuat sesorang dapat mentrasform apa yang dipelajari atau
menggabung-gabungkan apa yang telah diamati menjadi tingkah lakku yang baru
B.
Modeling
mengubah tingkah laku lama
Modeling
mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku
model yang diterima secara sosial akan memperkuat respon yang sudah dimiliki
pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat
memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak
diterima secara sosial, bergantung apakah tingkah laku tersebut diganjar atau
dihukum. Jika tingkah laku yang tidak dikehendaki justru diganjar, pengamat
akan meniru tingkah laku tersebut, dan sebaliknya apabila tingkah laku yang
tidak dikehendaki dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah.
C.
Faktor-faktor
penting dalam belajar melalui observasi
-
Perhatian
(attention process)
Sebelum meniru orang lai, tentu kita harus mencurahkan perhatian
sepenuhnya.
-
Represetasi
(represanttation process)
Tingkahlaku yang ditiru harus direprensetasikan dalam ingatan. Baik
verbal maupun dalam imajnasi. Reprensetasi verbal memungkinkan seseorang untuk
mengevaluasi secara verbal tingkahlaku yang diamati, serta menentukan mana yang
akan dibuang dan yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi
memungkinkan hanya sebagai latihan simbolik dalam fikiran tanpa benar-benar
melakukannya sevcara fisik
-
Peniruan
tingkahlaku model (behavior production
process)
Setelah memperhatikan dan memasukkannya dalam ingatan, barulah
setelah itu melakukan sebuah tingkah laku
-
Motivasi
dan penguatan (Motivation and
reinforcement process)
Belajar memungkinkan seseorang bertingkahlaku, tetapi tingkahlaku
tidak akan terjadi jika tidak ada motivasi. Motivasi lebih banyak ditentukan
oleh kesesuaian antara pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya.
D.
Dampak
Belajar
Setaip kali respon dibuat maka akan
diikuti dengan berbagai dampak; ada yang berdampak menyenangkan, ada yang tidak
menyenangkan, dan ada pula yang tidak masuk kesadaran sehingga dampaknya sangat
kecil. Dampak dari suatu respon memiliki tiga fungsi, yaitu:
·
Sebagai
pemberi Informasi: memberikan informasi mengenai dampak perilaku. Informasi ini
disimpan untuk membimbing tingkahlaku pada masa yang akan datang
·
Memotivasi
tingkah laku yang akan datang: tingkah laku ditentukan atau dimotivasi oleh
masa yang akan datang. Seseorang akan bertingkah laku sesuai
peramalan-peramalannya di masa depan.
·
Penguat
tingkahlaku: keberhasilan akan menjadi penguat tingkah laku untuk diulang
kembali, dan sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah laku cenderung tidak
diulang.
APLIKASI
1.
Psikopatologi
Bandura memiliki pendapat yang sama dengan Eysenck dan Wolpe bahwa
terapi tingkah laku dapat efektif mengurangi reaksi kecemasan. Menurut Bandura,
inti dari permasalahannya adalah orang percaya bahwa dirinya tidak dapat
menangani situasi tertentu secara efektif. Oleh karena itu diperlukan adanya
pengembangan self-efficacy, agar terjadi perubahan tingkah laku. Konsep
determinis resiprokal menganggap tingkah laku dipelajari sebagai akibat adanya
interaksi antara pribadi-tingkah laku-lingkuangan, begitu pula tingkah laku
yang menyimpang. Tingkah laku yang menyienyimpang ini dipengaruhi faktor
kognitif, proses neurofisiologis, pengalaman maasa lalu yang mendapat
penguatan, dan nilai fasilitatif dari lingkungan.
a)
Reaksi depresi; standar pribadi dan penetapan
yang terlalu tinggi, membuat orang rentan mengalami kegagalan, dan akan
beresiko orang tersebut mengalami deprsesi.
b)
Fobia; perasaan takut yang sangat kuat
dan mendalam, sehingga berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari seseorang.
c)
Agresi; agresi diperoleh melalui
pengamatan, pengalaman langsung dengan reinforsemen positif dan negatif,
latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil.
2.
Psikoterapi
Secara umum terapi yang dilakukan Bandura
adalah terapi kognitif-sosial. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki regulasi
self melaui pengubahan tingkah laku dan mempertahankan perubahan tingkah laku
yang terjadi. Ada tiga kekefektifan suatu tritmen yakni;
a)
Tingkat induksi perubahan: tritmen dikatakan
efektif apabila dapat mengubah tingkah laku.
b)
Tingkat generalisasi: tritmen yang lebih
tinggi, memungkinkan terjadinya generalisasi.
c)
Tingkat pemeliharaan: sering terjadi
tingkah laku positif hasil terapi berubah kembali menjadi tingkah laku negatif.
Bandura
juga mengusulkan tiga pendekatan tritmen:
a)
Latihan penguasaan (desensitisasi
modeling)
Mengajari klien untuk menguasai tingkah laku yang sebelumnya tidak
bisa dilakukan.
b)
Modeling terbuka (modeling partisipan)
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti
dengan klien berpatisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru
tingkah laku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa
bantuan.
c)
Modeling simbolik
Klien klien melihat model dalam film atau
gambar atau cerita. Kepuasan vikarious mendorong klien untuk mencoba atau
meniru tingkah laku modelnya.
Daftat Pustaka
Kemendikbud, 2015, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Kementrian Pendididikan dan Kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar