Senin, 29 Mei 2017

teori belajar sosial - Albert Bandura

Pendekatan Behavioral
Albert Bandura
Albert Bandura lahir di Mundare, Kanada, pada 4 Desember 1925.Bandura mendapatkan gelar sarjana muda di bidang Psikologi di University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian ia melanjutkan studinya ke University Lowa dan mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1952. Pada tahun 1953 ia mulai mengajar di Stanford University.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Bandura, untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku harus memperhatikan dua hal penting. Pertama, manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga manusia bukanlah semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal tidak hanya dimiliki oleh lingkungan, karena manusia dan lingkungan saling berhubungan. Kedua, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi seseorang dengan orang lain. Teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu iperoleh dan dipelihara.
            Teori belajar sosial Bandura didasarkan pada 3 konsep, yaitu:
1.      Saling Menentukan (Determinis Resiprokal)
Pendekatan ini menjelaskan tingkah laku manusia dalam betuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan. Seseorang menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan tersebut.
2.      Tanpa Reinforsemen
Bandura tidak sependapat dengan teori Skinner dan Hull yang dianggap terlalu bergantung pada reinforsemen. Menurut Bandura, reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu perilaku akan berulang atau tidak, tetapi itu bukanlah satu-satunya pembentuk tingkah laku. Pokok dari teori belajar sosial adalah seseorang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan melihat dan mengamati kemudian mengulang apa yang ia lihat. Belajar dari observasi tanpa reinforsemen yang terlibat berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3.      Kognisi dan Regulasi Diri
Bandura menyatakan bahwa manusia dapat mengatur dirinya sendiri (self regulation), mempengaruhi perilaku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan berpikir simbolik menjadi cara yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman dalam ingatan dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
a.      Sistem Self (Self System)
      Bandura mengkritk Skinner, menurutnya Skinner seharusnya tidak mengabaikan faktor internal sebagi pembentuk perilaku karena bukan faktor ekstenal saja sebagai pembentuk perilaku melainkan juga faktor eksternal. Selain itu, Bandura juga engkritik teori-teori psikoanalitik yang mana dalam teorinya tidak menjelaskan perilaku yang berda didalam maupun yang diluar dari kenyataan perilaku yang ada. Sehingga menurutnya, mereka tiak dapat menjelaskan setiap perilaku yang ada terebih lagi meramalkannya. Menurutnya Bandura, perilaku manusia disebabkan oleh determinasi timbal-balik yang melibatkan perilaku, kognitif dan faktor lingkungan. Untuk leih jelasnya seperti yang digambarkan pada tabel dibawah ini.





Hubungan antara tingkah laku (T) – Pribadi (P) – Lingkungan (L) menurut Pavlov, Skinner, Lewin dan Bandura.




Pavlov : lingkungan menjadi variable tunggal  penentu tingkah laku





Skinner : pribadi mempengaruhi tingkah laku melalui manipulasi lingkungan





Lewin : pribadi dan lingkungan adalah 2 variabel independen yang memengaruhi tingkahlaku






Bandura : Pribadi, Lingkungan, dan Tingkah laku saling memengaruhi

Dapat dilihat dalam tabel. Masing-masing faktor akan menunjuk menunjuk kearah yang disebut dan menuju dua arah lainnyam yang menunjukkan interaksi timbal-balik diantar ketiga faktot tersebut. Dalam tabel digambarkan selain rangsangan lingkungan faktor pribadi seperti keyakinan an harapan juga mempengaruhi bagaimana bertingkahaku. Sebagai contoh apabila kita merencanakan untuk makan dirumah makan, menu yang kita pilih tidak hanya ditetukan oleh menu dan rangsangan lingkungan tetapi juga ditentukan oleh sikap kita terhadap makanan, serta harapan kita terhadap makanan. Cara seperti ini bisa membantu kita dalam merubah lingkungan.


b.      Regulasi Diri
Regulasi diri adalah kemampuan untuk mengontrol perilaku sendriri. Melalui kemampuan berfikir, seseorang dapat memanipulasi lingkungan, sehingga perubahan lingkungan merupakan akibat dari manusia.  Menurut Bandura akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai, strategi proaktif akan menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan diri yaitu dengan memanipulasi faktor eksternal, memontor kemudian mengevaluasi tingahlaku internal. Tingkahlaku merupakan hasil pengaruh dari resiprokal faktor eksternal dan faktor internal tersebut.
Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
      Faktor eksternal yang mempengaruhi regullasi diri bisa melalui dua cara. Cara yang pertama yaitu dengan memberi standar untuk mengevaluasi tingkahlaku. Standar evalusi diri seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berinteraksi degan pengaruh-pengaruh pribadi. Anak-anak akan  belajar baik-buruknya perilaku melalui orang tua dan gru. Selanjutnya melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas mereka kemudian akan mengambangkan standar untuk menilai prestasi diri.
Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Menrut Bandura ada 3 faktor Internal yang empengaruhi regulasi diri:
1.      Observasi diri (self observation)
Kita haus memonitor serta memberikan prehatian secara selektf terhadap beberapa aspek dari perilaku. Apa yang kita observasi tergantung dari minat serta konsep yang ada pada masing-masing orang.
2.      Proses penilaian atau mengadili tingkahlaku (Jugdmental process)
Dilakukan dengan melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan tingkahlaku dengan norma standar atau dengan tingkahlaku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi.
3.      Reaksi-diri-afektif (self response)
Setelah mengamatidan menilai seseorang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menhadiahi atau menghukum diri sendiri.
Tabel Regulasi Diri
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Self-Observation
Judgmental Process
Self-Response
Standar
Masyarakat
Penguatan














Dimensi
Performansi
Kualita
Keseringan
Kuantita
Orisinalita
Kebenaran bukti
Dampak
Penyimpangan
Etika






Standar Pribadi
Sumber model
Sumber penguat
Pedoman Performansi
Norma standar
Perbandingan sosial
Perbandingan personal
Pebandingan kolektif
Menghargai Aktivitas
Sangat dihormati
Netral
Direndahkan
Atribusi Performasi
Lokus pribadi
Lokus eksternal
Reaksi evalusi diri
Positif
Negatif
Dampak terhadap self
Dihadiahi
Dihukumi










c.       Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan penilaian terhadap kemampa diri untuk mengatur dan melaksanakan tndakan yang diperlukan untuk mencapa kinerja yang ditentukan. Bandura mnyebutkan keyakinan tau harapan meupakan efikasi diri sedangkan hasilnya merupakan ekspektasi hasil.
      Efikasi berbeda dengan cita-cita. Cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang harusnya dapat dicapai sedangkan efikas menggambarkan kemampuan diri. Seorang dokter ahli bedah pasti memiliki ekspektasi efikasi yang tinggi bahawa ia mampu melaksanakan operasi tuor yang sesuai dengan standar rofesional. Namun ekspektasi hasilnya bisa rendah. Karena keberhasilan tersebut tergantung daya tahan jantung apasien, kemuarnian obat antibiotik, sterilitas, infeksi dan sebagainya.
      Seseorang bisa memiliki ekspektasi hasil realistik (apa yang diharapkan sesuai kenyataan hasilnya), atau sebaliknya. Ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengahrap terlalu tinggi dari hasil nyata yang daoat divcapai). Orang yang ekspektasinya tinggi (bahawa ia dapat melakukan dengan tunttan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai denga kemampuan diri), ornag itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakkan tugas sampai selesai.
d.      Sumber Efikasi
Efikasi diri (perubahan ekspektasi efikasi / perubahan tingkah laku) merupakan kunci dalam sistem Bandura. Efikasi diri merupakan persepsi tentang kemampuan kita untuk menghasilkan dan mengontrol perilaku dalam hidup. Ada empat sumber informasi untuk menilai tingkat efikasi diri, diantaranya: pengalaman performansi, pengalaman vikarius, persuasi sosial, dan pembangkitan emosi.
1.      Pengalaman Performansi (Performance Accomplishment)
Merupakan prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Performasi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Ekspektasi perilaku akan meningkat jika prestasi (masa lalu) nya bagus, sedangkan kegagalan menurunkan efikasi. Pencapaian keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya.
·         Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
·         Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.
·         Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.
·         Kegagalan dalam suasana emosional / stress, dampaknya tidak seburuk kalau emosionalnya stress.
·         Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
·         Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.
2.      Pengalaman Vikarius (Vicarius Experience)
Didapat melalui model sosial. Akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, dan sebaliknya akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
3.      Persuasi Sosial (Social Persuation)
Melalui persuasi sosial, efikasi diri dapat diperoleh, diperkuat, atau dilemahkan. Sumber ini memberi dampak terbatas. Pada kondisi yang tepat, persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi tersebut adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.


4.      Keadaan Emosi (Emotional / Psychological States)
Keadaan emosi akan mempengaruhi self efficacy. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.
e.       Efikasi diri sebagai prediktor tingkah laku
Menurut Bandura, sumber bagi kontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi merupakan variabel pribadi yang penting yang jika digabungkan dengan tujuan-tujan yang sedikit spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku selanjutnya yang penting. Efikasi diri ini bersifat fragmental. Setiap indiidu memiliki efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda tergantung pda hal di bawah ini:
1.      Kemampuan yang dituntut oleh situasi
2.      Kehadiran orang lain
3.      Keadaan fisiologis dan emosional

f.       Efikasi kolektif
Efikasi kolektif diartikan sebagai keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama akan menghasilkan perubahan tertentu. Efikasi kolektif bukanlah “jiwa kelompok”, tetapi efikasi pribadi seseorang dalam suatu kelompok yang saling bekerjasama. Bandura menyatakan bahwa orang mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya dari efikasi diri individual, tetapi juga dengan efikasi kolektif.
Misalnya dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi tinggi dalam berhenti merokok atau melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah tentang mengurangi polusi, bahaya tempat kerja, dan penyakit infeksi. Efikasi diri dan efikasi kolektif saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Pengertian dari dinamika sendiri adalah sesuatu yang dapat menggerakakan atau tenaga dari dalam yang menggerakkan. Menurut Albert Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif ysng mempunyi dua sumber yaitu gambaran hasi pada masa yang akan datang dan harapan keberhasilan  yang didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Dengan kata lain harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan datang memotivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Begitu pula ketika sesorang tersebet menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan,dan kemudian mengevaluasi performansinya, orang tersebut termotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu.
Bandura berpendapat bahwa penguatan menjadi penyebab adanya belajar. Akan tetapi, seseorang juga dapat belajar dengan bebrapa penguatan:
1.      Penguatan yang diwakilkan  (vicarious reinforcement) yakni mengamati orang lain yang mendapat penguatan
2.      Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement) adalah orang terus menerus melakukan tingkahlaku tanpa mendapat penguatan karena ia berkeyakinan akan mendapatkn penguatan di kemudian dikemudian hari
3.      Tanpa penguatan (beyond reinforcement) yakni belajar tanpa ada penguatan sama sekali.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
A.    Belajar melalui observasi
a)      Peniruan (modelling)
modelling bukan hanya sekedar menirukan atau mengulangi apa yang telah dilakukan oleh orang lain, tetapi modelling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, dan melibatan proses kognitif
b)      Modeling tingkah laku baru
melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Dengan adnya kemapuan kognitif yang bersifat simbolik, membuat sesorang dapat mentrasform apa yang dipelajari atau menggabung-gabungkan apa yang telah diamati menjadi tingkah lakku yang baru

B.     Modeling mengubah tingkah laku lama
Modeling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial akan memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, bergantung apakah tingkah laku tersebut diganjar atau dihukum. Jika tingkah laku yang tidak dikehendaki justru diganjar, pengamat akan meniru tingkah laku tersebut, dan sebaliknya apabila tingkah laku yang tidak dikehendaki dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah.
C.     Faktor-faktor penting dalam belajar melalui observasi
-          Perhatian (attention process)
Sebelum meniru orang lai, tentu kita harus mencurahkan perhatian sepenuhnya.
-          Represetasi (represanttation process)
Tingkahlaku yang ditiru harus direprensetasikan dalam ingatan. Baik verbal maupun dalam imajnasi. Reprensetasi verbal memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi secara verbal tingkahlaku yang diamati, serta menentukan mana yang akan dibuang dan yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi memungkinkan hanya sebagai latihan simbolik dalam fikiran tanpa benar-benar melakukannya sevcara fisik
-          Peniruan tingkahlaku model (behavior production process)
Setelah memperhatikan dan memasukkannya dalam ingatan, barulah setelah itu melakukan sebuah tingkah laku
-          Motivasi dan penguatan (Motivation and reinforcement process)
Belajar memungkinkan seseorang bertingkahlaku, tetapi tingkahlaku tidak akan terjadi jika tidak ada motivasi. Motivasi lebih banyak ditentukan oleh kesesuaian antara pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya.
D.    Dampak Belajar
Setaip kali respon dibuat maka akan diikuti dengan berbagai dampak; ada yang berdampak menyenangkan, ada yang tidak menyenangkan, dan ada pula yang tidak masuk kesadaran sehingga dampaknya sangat kecil. Dampak dari suatu respon memiliki tiga fungsi, yaitu:
·      Sebagai pemberi Informasi: memberikan informasi mengenai dampak perilaku. Informasi ini disimpan untuk membimbing tingkahlaku pada masa yang akan datang
·      Memotivasi tingkah laku yang akan datang: tingkah laku ditentukan atau dimotivasi oleh masa yang akan datang. Seseorang akan bertingkah laku sesuai peramalan-peramalannya di masa depan.
·      Penguat tingkahlaku: keberhasilan akan menjadi penguat tingkah laku untuk diulang kembali, dan sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah laku cenderung tidak diulang.
APLIKASI
1.   Psikopatologi
Bandura memiliki pendapat yang sama dengan Eysenck dan Wolpe bahwa terapi tingkah laku dapat efektif mengurangi reaksi kecemasan. Menurut Bandura, inti dari permasalahannya adalah orang percaya bahwa dirinya tidak dapat menangani situasi tertentu secara efektif. Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan self-efficacy, agar terjadi perubahan tingkah laku. Konsep determinis resiprokal menganggap tingkah laku dipelajari sebagai akibat adanya interaksi antara pribadi-tingkah laku-lingkuangan, begitu pula tingkah laku yang menyimpang. Tingkah laku yang menyienyimpang ini dipengaruhi faktor kognitif, proses neurofisiologis, pengalaman maasa lalu yang mendapat penguatan, dan nilai fasilitatif dari lingkungan.
a)      Reaksi depresi; standar pribadi dan penetapan yang terlalu tinggi, membuat orang rentan mengalami kegagalan, dan akan beresiko orang tersebut mengalami deprsesi.
b)      Fobia; perasaan takut yang sangat kuat dan mendalam, sehingga berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari seseorang.
c)      Agresi; agresi diperoleh melalui pengamatan, pengalaman langsung dengan reinforsemen positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil.
2.   Psikoterapi
Secara umum terapi yang dilakukan Bandura adalah terapi kognitif-sosial. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki regulasi self melaui pengubahan tingkah laku dan mempertahankan perubahan tingkah laku yang terjadi. Ada tiga kekefektifan suatu tritmen yakni;
a)      Tingkat induksi perubahan: tritmen dikatakan efektif apabila dapat mengubah tingkah laku.
b)      Tingkat generalisasi: tritmen yang lebih tinggi, memungkinkan terjadinya generalisasi.
c)      Tingkat pemeliharaan: sering terjadi tingkah laku positif hasil terapi berubah kembali menjadi tingkah laku negatif.
Bandura juga mengusulkan tiga pendekatan tritmen:
a)      Latihan penguasaan (desensitisasi modeling)
Mengajari klien untuk menguasai tingkah laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.
b)      Modeling terbuka (modeling partisipan)
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpatisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkah laku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
c)      Modeling simbolik
Klien klien melihat model dalam film atau gambar atau cerita. Kepuasan vikarious mendorong klien untuk mencoba atau meniru tingkah laku modelnya.

Daftat Pustaka

      Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press.
      Kemendikbud, 2015, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Kementrian Pendididikan dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar