Senin, 29 Mei 2017

Fungsi dan Peran Tauhid dalam Kehidupan Manusia

PENDAHULUAN
  A.    Latar Belakang Masalah
Seorang manusia (sesungguhnya) telah memiliki rasa ingin tahu terhadap apa dan mengapa telah tercipta segala yang ada di depannya.  Ayat tersebut ialah surat al-An’am ayat 76-80 yang menjadi sebuah bukti bahwasanya Tauhid merupakan sebuah misi risalah yang hendak dicapai oleh Nabi Ibrahim as sehingga pada akhirnya dia beriman kepada Allah yang Esa, dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain-Nya. Misi risalah itulah yang juga diemban oleh Nabi Muhammad saw dan juga para Nabi lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25.
Kedudukan tauhid dalam ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya. Betapa pentingnya Tauhid bagi kehidupan manusia, sehingga ditempatkan pada bagian yang pertama dan utama oleh semua agama khususnya agama samawi. Oleh karenanya, sangat penting sekali untuk diketahui tentang “apa sebenarnya peran atau manfaat ilmu Tauhid bagi kehidupan manusia?” sehingga dijadikan sebuah tujuan utama dari diutusnya para nabi dan Rasul. Sementara itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari masyarakat muslim sekarang ini dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi social, dan berbagai macam kejumuandan lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi mausia muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan terpenting untuk segera disegarkan dan diluruskan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara singkat tentang peran tauhid tersebut dalam kehidupan umat manusia, dengan harapan bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca makalah ini.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tauhid
Perkataan Tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengerttian ini sejalan engan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa indonesia, yaitu “keesaan Allah; mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah: mengesakan Allah“.[1] Menurut Harun Nasution, seperti dikutip Khalimi, tauhid sama artinya dengan aqidah yaitu sebagai ilmu yang membahas tentang cara meng-Esakan Allah.[2]
Menurut istilah Agama islam ,tauhid itu ialah “keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan”,dan segala pikirkan dan teori berikut dalil-dalilnya yang menjurus kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut ilmu Tauhid.Didalamnya termasuk soal-soal kepercayaan dalam agama islam.[3]Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap ada pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah,meyakini kerasulanNya,apa yang boleh dihubungkan kepada mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada mereka. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan akidah agama dan dalil-dalil yang meyakinkan. Adapula pengertian lain mengenai ilmu tauhid menurut Ibnu Khaldun yakni ilmu yang beisi tentang alasan-alasan dari akidah keimanan dengan dalil-dalil akliah dan berisi pula alasan alasan bantahan terhadap orang-orang yng menyelewengkan akidah salaf dan ahli sunnah.
Sedangkan menurut Muhammad Abduh dalam bukunya Risalah At-Tauhid ilmu tauhid didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang wajib dan boleh ditetapkan bagi-Nya, juga memnbahas tentang rasul-rasul untuk membuktikan kebenarannya serta hal yang boleh dan tidak boleh didefinisikan kepada mereka.[4]
Dengan demikian definisi yang telah disimpulkan menurut para ahli menyatakan bahwa ilmu tauhid berkisar pada masalah tauhid pada persoalan yang berhubungan dengan Allah, Rasul atau nabi, dan hal-hal berkenaan dengan kehidupan manusia  sesudah mati.[5]
B.     Pentingnya Tauhid Dalam Kehidupan Manusia
Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. Dalam ajaran Islam, tauhid tersimpul dalam kalimat La ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah). Sesungguhnya kalimat tersebut mengandung nilai pembebasan bagi manusia. Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah.
Dengan tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah al hujurat ayat 13, yang artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).

Suatu hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup hubungan horisontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk hidup, dan hubungan-hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah.[6] Dengan demikian, maksud dan tujuan tauhid bukanlah sekedar bertauhid, sebab tauhid mengandung sifat-sifat :
1.         Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan
2.         Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan
3.         Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapkan, kekacuan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan
4.         Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin
Melalui sifat-sifat tersebut, tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, karena tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Serta tidak hanya berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai filsafah hidup.[7] Menurut Yusran Asmuni tujuan dari kajian ilmu tauhid yaitu:
1.         Untuk memperkenalkan keada seluruh dunia tentang kebenaran Allah dan posisi-Nya yang sentral dalam kehidupan manusia
2.         Untuk mengajak seluruh umat manusia agar mengikuti dan patuh pada konsekuensi teologis atas keyakinan keberadaan Allah SWT
3.         Untuk mendapatkan keyakinan yang terpatri dalm hati umat Islam
4.         Untuk membangun visi, optimism dan orientasi yang jelas, baik dalam kehidupan maupun sesudahnya sesuai risalah nabi Muhammad SAW.[8]
C.      Fungsi dan Peran Tauhid Dalam Kehidupan Manusia
1.      Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya fikir kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal
 Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT :

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul .[9]
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).6
2.      Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang    bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran jernih.Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣] [10]أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ
 بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤] 10

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-44)

3.      Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret.Sehingga manusia tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan yang pasti berakhir dengan kehancuran.Contoh Hitler dengan tentara Nazinya, dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang dimilikinya.
4.      Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
5.      Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka
Kita harus meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikian akan terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing oleh perkembangan zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
6.      Tauhid Sebagai Prinsip Tata Sosial
Islam adalah agama yang sesuai dengan ruang dan waktu. Dalam Islam tata social adalah inti dan yang terpenting dari tata pribadi, meskipun tata pribadi menjadi persyaratan untuk menjadi tata social. Islam sepakat dengan agama yang mementingkan nilai-nilai pribadi dan mengakui sebagai sine qua non dari segala kebijakan kesalehan. Dalam etika, niat diamana kebijakan moral merupakan fungsi dari keterikaan diri (self comitmen). Nilai ketentuan moral berlaku bagi semua orang, tidak terbetas hanya kepada sekelompok orang saja. Dari sinilah muncul dua konsekuensi prinsip bahwa pertama, masyarakat Islam tidak akan pernah bias membatasi dirinya pada suku, bangsa, ras, atau kelompok. Kedua, masyarakat Islam mesti dikembangkan kesemua umat manusia karena masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, dan setiap manusia dapat bergabung didalamnya.[11]














BAB III
PENUTUP

   A.    Kesimpulan
Berdasarkan materi yang kami sampaikan mengenai Perandan Fungsi Tauhid dalam kehidupan sosial, kesimpulan yang bisa diambil yaituTauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Kedudukan tauhid dalam ajaran islam adalah paling sentral dan esensial. Tauhid menjadi seperti oksigen yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia.Jikalau tanpa oksigen, manusia tidak akan bisa hidup, begitupun apabia tanpa Tauhid, hidup manusia akan terasa hampa. Sudah selayaknya manusia belajar dan menggunakan Tauhid dalam kehidupannya. Tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, karena tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Serta tidak hanya berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai filsafah hidup. Maka dari itu, sudah selayaknya manusia mempelajari, memahami, dan mengamalkan ilmu tauhid dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi dan Peran Tauhid dalam kehidupan sosial yaitu diantaranya dapat membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk, mengajarkan emansipasi manusia dari nilai-nilai palsu, sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, dan mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.



[1] Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, cet. Kedua, 1989, hlm.907-908.
[2] Khalimi, Pembelajaran akidah dan Akhlak (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009) hal.123
[3] Drs.H.zainudin. Ilmu Tauhid Lengkap (PT rineka cipta ,jakarta 1996) hal 1
[4] Muhammad Abduh, Risalah at Tauhid (Bairut: Dar Al-Fikri,2001), hal.3
[5] Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.2-3
[6] Akademik, pokja, Tauhid (Yogyakarta : Pokja Akademik UIN SUKA, 2005), hal 78
[7] Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.6-7
[8] H. Zuhri, Pengantar Studi Tauhid, (Yogyakarta: SUKA PRESS. 2013), hal.
[9] Al-Qur’an 33:66,Al-Ahzab:66-67
[10] Al-Qur’an 25:43;44
[11] Sangkot Sirait, Tauhid dan Pembelajarannya. (Yogyakarta:FITK UIN Sunan Kalijaga.2013), hal. 5-6

1 komentar:

  1. Izin meminta sedikit materinya yaa untuk pembelajaran Saya. Terima kasih Assalamu'alaikum

    BalasHapus