PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seorang manusia (sesungguhnya) telah
memiliki rasa ingin tahu terhadap apa dan mengapa telah tercipta segala yang
ada di depannya. Ayat tersebut ialah
surat al-An’am ayat 76-80 yang menjadi sebuah bukti bahwasanya Tauhid merupakan
sebuah misi risalah yang hendak dicapai oleh Nabi Ibrahim as sehingga pada
akhirnya dia beriman kepada Allah yang Esa, dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan
selain-Nya. Misi risalah itulah yang juga diemban oleh Nabi Muhammad saw dan
juga para Nabi lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25.
Kedudukan tauhid dalam ajaran islam
adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia
kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan
sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan
menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan
petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan
adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan
dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan
kehendak-Nya. Betapa pentingnya Tauhid bagi kehidupan manusia, sehingga
ditempatkan pada bagian yang pertama dan utama oleh semua agama khususnya agama
samawi. Oleh karenanya, sangat penting sekali untuk diketahui tentang “apa
sebenarnya peran atau manfaat ilmu Tauhid bagi kehidupan manusia?” sehingga
dijadikan sebuah tujuan utama dari diutusnya para nabi dan Rasul. Sementara
itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid,
sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status
manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari masyarakat muslim
sekarang ini dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi
intelektual, degenerasi social, dan berbagai macam kejumuandan lainnya yang
diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid.
Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi mausia muslim, baik
secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan
terpenting untuk segera disegarkan dan diluruskan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas
secara singkat tentang peran tauhid tersebut dalam kehidupan umat manusia,
dengan harapan bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan juga bagi
pembaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tauhid
Perkataan Tauhid berasal dari bahasa
Arab, masdar dari kata wahhada yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti
keesaan, maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa; Tunggal;
Satu. Pengerttian ini sejalan engan pengertian tauhid yang digunakan dalam
bahasa indonesia, yaitu “keesaan Allah; mentauhidkan berarti mengakui keesaan
Allah: mengesakan Allah“.[1] Menurut Harun Nasution, seperti dikutip Khalimi,
tauhid sama artinya dengan aqidah yaitu sebagai ilmu yang membahas tentang cara
meng-Esakan Allah.[2]
Menurut istilah Agama islam ,tauhid itu
ialah “keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan”,dan segala pikirkan dan teori
berikut dalil-dalilnya yang menjurus kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu
disebut ilmu Tauhid.Didalamnya termasuk soal-soal kepercayaan dalam agama
islam.[3]Tauhid
ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib
tetap ada pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah,meyakini
kerasulanNya,apa yang boleh dihubungkan kepada mereka dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada mereka. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal
yang menetapkan akidah agama dan dalil-dalil yang meyakinkan. Adapula pengertian
lain mengenai ilmu tauhid menurut Ibnu Khaldun yakni ilmu yang beisi tentang
alasan-alasan dari akidah keimanan dengan dalil-dalil akliah dan berisi pula
alasan alasan bantahan terhadap orang-orang yng menyelewengkan akidah salaf dan
ahli sunnah.
Sedangkan menurut Muhammad Abduh dalam
bukunya Risalah At-Tauhid ilmu tauhid
didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang
wajib dan boleh ditetapkan bagi-Nya, juga memnbahas tentang rasul-rasul untuk
membuktikan kebenarannya serta hal yang boleh dan tidak boleh didefinisikan
kepada mereka.[4]
Dengan demikian definisi yang telah
disimpulkan menurut para ahli menyatakan bahwa ilmu tauhid berkisar pada
masalah tauhid pada persoalan yang berhubungan dengan Allah, Rasul atau nabi,
dan hal-hal berkenaan dengan kehidupan manusia
sesudah mati.[5]
B. Pentingnya
Tauhid Dalam Kehidupan Manusia
Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam
adalah paling sentral dan esensial.
Tauhid
berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat,
rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. Dalam ajaran Islam, tauhid
tersimpul dalam kalimat La ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah).
Sesungguhnya kalimat tersebut mengandung nilai pembebasan bagi manusia. Manusia
yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari menyembah sesama
manusia kepada menyembah Allah.
Dengan tauhid, manusia tidak saja akan
bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan
manusia lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah al
hujurat ayat 13, yang artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).
Suatu
hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid tidak saja
terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup
hubungan horisontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk hidup, dan
hubungan-hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah.[6]
Dengan demikian, maksud dan tujuan tauhid bukanlah sekedar bertauhid, sebab
tauhid mengandung sifat-sifat :
1.
Sebagai sumber
dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan
2.
Membimbing
manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong untuk mengerjakan ibadat
dengan penuh keikhlasan
3.
Mengeluarkan
jiwa manusia dari kegelapkan, kekacuan, dan kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan
4.
Mengantarkan
umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin
Melalui
sifat-sifat tersebut, tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,
karena tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan
manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap
pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Serta tidak hanya
berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai filsafah hidup.[7] Menurut Yusran Asmuni tujuan dari kajian ilmu tauhid
yaitu:
1.
Untuk memperkenalkan keada seluruh dunia tentang
kebenaran Allah dan posisi-Nya yang sentral dalam kehidupan manusia
2.
Untuk mengajak seluruh umat manusia agar mengikuti dan
patuh pada konsekuensi teologis atas keyakinan keberadaan Allah SWT
3.
Untuk mendapatkan keyakinan yang terpatri dalm hati
umat Islam
4.
Untuk membangun visi, optimism dan orientasi yang
jelas, baik dalam kehidupan maupun sesudahnya sesuai risalah nabi Muhammad SAW.[8]
C. Fungsi
dan Peran Tauhid Dalam Kehidupan Manusia
1. Membebaskan
manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk
Sampai sekarang
masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan
keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan
tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya fikir kritis serta keberanian
untuk mengkritik. Padahal
Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang-
orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh
di hari akhir.
Firman Allah
SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat
kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul .[9]
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar
kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). ".( QS. Al-
Ahzaab : 66-67).6
2. Mengajarkan
emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan,
dan kesenangan- kesenangan sensual belaka
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada
kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal
sehat dan menghilangkan pikiran jernih.Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an
menyindir orang-orang seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ
هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣] [10]أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ
هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ
بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤] 10
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-44)
3. Sebagai
frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi
kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada
di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang
konkret.Sehingga manusia tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan
yang membuat dirinya lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka
kepada kesombongan yang pasti berakhir dengan kehancuran.Contoh Hitler dengan tentara
Nazinya, dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu
membawa umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu
tersebut tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran
rezim yang dimilikinya.
4. Sebagai
pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh
umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten
Dengan
menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah
yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak
terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki
kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
5. Mengajarkan
kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran
intelektual mereka
Kita harus meyakini bahwa semua
aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas
kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia
lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib (
abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan
yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikian akan
terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang
ambing oleh perkembangan zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan
bebas dan merdeka, tetapi juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan
manusia manapun. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap
manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika
tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya
di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu
suku bangsa ataupun suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada
suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah
SWT. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
6. Tauhid
Sebagai Prinsip Tata Sosial
Islam adalah agama yang sesuai dengan ruang dan waktu.
Dalam Islam tata social adalah inti dan yang terpenting dari tata pribadi,
meskipun tata pribadi menjadi persyaratan untuk menjadi tata social. Islam
sepakat dengan agama yang mementingkan nilai-nilai pribadi dan mengakui sebagai
sine qua non dari segala kebijakan
kesalehan. Dalam etika, niat diamana kebijakan moral merupakan fungsi dari
keterikaan diri (self comitmen). Nilai
ketentuan moral berlaku bagi semua orang, tidak terbetas hanya kepada
sekelompok orang saja. Dari sinilah muncul dua konsekuensi prinsip bahwa pertama, masyarakat Islam tidak akan
pernah bias membatasi dirinya pada suku, bangsa, ras, atau kelompok. Kedua,
masyarakat Islam mesti dikembangkan kesemua umat manusia karena masyarakat
Islam adalah masyarakat yang terbuka, dan setiap manusia dapat bergabung
didalamnya.[11]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang kami sampaikan
mengenai Perandan Fungsi Tauhid dalam kehidupan sosial, kesimpulan yang bisa diambil
yaituTauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari
seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Kedudukan
tauhid dalam ajaran islam adalah paling sentral dan esensial. Tauhid menjadi
seperti oksigen yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia.Jikalau tanpa
oksigen, manusia tidak akan bisa hidup, begitupun apabia tanpa Tauhid, hidup
manusia akan terasa hampa. Sudah selayaknya manusia belajar dan menggunakan
Tauhid dalam kehidupannya. Tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia, karena tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan
menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh
besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Serta tidak
hanya berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai filsafah hidup.
Maka dari itu, sudah selayaknya manusia mempelajari, memahami, dan mengamalkan
ilmu tauhid dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi dan Peran Tauhid dalam kehidupan
sosial yaitu diantaranya dapat membebaskan manusia dari perbudakan mental dan
penyembahan kepada semua makhluk, mengajarkan emansipasi manusia dari
nilai-nilai palsu, sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, dan mengajarkan kepada umat islam
supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
[1]
Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, cet. Kedua, 1989,
hlm.907-908.
[2]
Khalimi, Pembelajaran akidah dan Akhlak (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009) hal.123
[3]
Drs.H.zainudin. Ilmu Tauhid Lengkap (PT rineka cipta
,jakarta 1996) hal 1
[4]
Muhammad Abduh, Risalah at Tauhid (Bairut: Dar
Al-Fikri,2001), hal.3
[5]
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.2-3
[6] Akademik, pokja, Tauhid
(Yogyakarta : Pokja Akademik UIN SUKA, 2005), hal 78
[7]
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.6-7
[8]
H. Zuhri, Pengantar Studi Tauhid, (Yogyakarta: SUKA PRESS. 2013), hal.
[9]
Al-Qur’an 33:66,Al-Ahzab:66-67
[10]
Al-Qur’an 25:43;44
[11]
Sangkot Sirait, Tauhid dan Pembelajarannya.
(Yogyakarta:FITK UIN Sunan Kalijaga.2013), hal. 5-6
Izin meminta sedikit materinya yaa untuk pembelajaran Saya. Terima kasih Assalamu'alaikum
BalasHapus