Pendahuluan
Kepribadian
adalah hal yang kompleks dan masih sering diperdebatkan antar para ahli. Banyak
pandangan muncul dan aliran-aliran yang saling mengkritik untuk memperkuat
argumen atau memberi pemahaman baru atas penemuan yang baru didapatkan.
Psikologi sendiri bermula dari Barat, seperti Amerika dan Eropa sehingga hasil
dari Barat yang dijadikan acuan dan pijakan pengembang psikologi lain. Muncul
salah satu pemikiran, Psikologi Timur sebagai alternatif dari teori-teori
Psikologi Barat. Psikologi Barat banyak menggunakan pendekatan individu
sehingga bersifat individualis. Aplikasinya juga tidak selalu dapat diterapkan
pada masyarakat luas, karena perbedaan kultur masyarakatnya/ sedangkan
Psikologi Timur banyak menggunakan pendekatan sosio-kultural untuk mengetahui
kepribadian manusia.
Teori Kepribadian Jen dari Hsu
Kepribadian Jen dari
Hsu adalah konsep kepribadian yang dirumuskan oleh seorang warga negara Amerika
keturunan Cina bernama Francis L.K. Hsu. Ia merupakan sorang filsuf, psikolog
dan antropolog kesusasteraan Cina klasik, dengan banyak keterampilan tersebut
ia merumuskan kepribadian Timur atau disebut kepribadian Jen sebagai alternatif
dari konsep Psikologi Barat yang berasal dari Eropa dan Amerika. Jen sendiri
berasal dari sastra Cina yang berarti Manusia yang berjiwa selaras, manusia berkepribadian
(Fudaryanto, 2003). Konsep ini dimuat dalam Majalah American Anthropologist
Vol. 73 tahun 1971 dengan judul “Psychological Homeostasis and Jen” (pp.
23- 44).
Konsep kepribadian
menurut Hsu berbentuk lingkaran-lingkaran yang konsentris sebagai gambaran
struktur jiwa dan kepribadian. Dalam sebuah lingkaran besar terdapat lingkaran
di dalamnya yang menjadi lingkaran dalam diberi nomer lingkaran 7 sebagai
pusatnya. Ada delapan lingkaran konsentris, tetapi lingkaran-lingkaran ini
hanya sebagai teknis untuk analisis dan pada kenyataan aslinya tentu tidak
matematis, lingkaran yang digambarkan pun bukan lingkaran persi tetapi gambaran
yang mengelilingi atau mengitari individu.
Keterangan gambar:
·
Lingkaran no 7,
adalah lapisan tidak sadar.
·
Lingkaran no 6
adalah lapisan bawah sadar, dua konsep lingkaran terdalam mirip dengan konsep
Das Es atau the Id milik Sigmund Freud.
·
Lingkaran no 5
adalah lingkaran lapisan kesadaran yang tidak dinyatakan.
·
Lingkaran no 4
adalah lapisan kesadaran yang dinyatakan.
·
Lingkaran no 3
menyatakan lapisan hubungan akran atau karib. Lingkaran nomor 3 dan no 4
menyatakan konsep manusia berjiwa selaras.
·
Lingkaran no 2 menunjukkan
lapisan hubungan yang berguna atau ada manfaatnya.
·
Lingkaran no 1
menggambarkan lapisan hubungan jauh.
·
Lingkaran no 0
menggambarkan dunia luar.
Berikut adalah
penjelasan dari lingkaran-lingkaran yang menggambarkan struktur jiwa dan
kepribadian menurut Hsu atau yang biasa disebut sosiogram atau psiko-sosiogram.
a.
Lingkaran nomor
5
√
Menggambarkan
lapisan kesadaran yang tidak dinyatakan, isinya adalah kesadaran mengenai
pikiran-pikiran dan gagasan yang disadari penuh oleh seseorang, tetapi tidak
diungkapkan atau dinyatakan pada siapapun, jadi tetap disimpan dalam kesadaran.
√
Kesadaran
tersebut tidak diungkapkan karena beberapa alasan, yang kebanyakan alasan
internal.
√
Diantaranya
adalah takut salah dan dimarahi.
√
Merasa enggan
menyatakan karena tidak yakin akan mendapat respon yang baik dan takut ditolak.
√
Merasa malu jika
nanti ditertawakan orang lain.
√
Tidak menemukan
cara atau kata-kata yng tepat untuk menggambarkan gagasan dalam dirinya.
b.
Lingkaran nomor
4
√
Disebut juga
lapisan kesadaran yang dinyatakan.
√
Berisi pikiran,
gagasan, perasaan, atau yang lainnya yang dapat diungkapkan dan dinyatakan
secara terbuka pada orang lain.
√
Misalnya adalah
rasa simpati, kegembiraan, kemarahan, pendapat, gagasan, keinginan dan
lain-lain.
√
Dapat dikatakan
isi dari lingkaran nomor 4 adalah bahan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan orang lain dimana saja.
c.
Lingkaran nomor
3
√
Disebut
lingkaran hubungan karib atau akrab, disebut juga intimate society.
√
Berisi konsepsi
tentang orang, binatang, benda yang biasa diajak berkomunikasi oleh si
pemilik/individu tersebut secara akrab.
√
Hubungan akrab
ini sebagai sarana untuk berlindung, mencurahkan isi hati, menghilangkan
tekanan batin, atau kesulitan hidup yang dihadapi.
√
Lapisan ini
memiliki pendukung, seperti orang tua, sahabat karib, saudara, teman dekat dan
lain-lain.
√
Pendukung ini
juga bisa pada binatang, karena ada individu yang berhubungan karib dengan
hewan, seperti anjing, kucing, burung kuda, ikan dan sebagainya. Disebut
sebagai hewan kesayangan atau klangenan dalam Bahasa Jawa.
√
Hubungan akrab
psikologis merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan untuk membangun hubungan
cinta dan kemesraan.
√
Hubungan ini
juga sebagai sarana menuju bakti secara penuh dan mutlak paa Tuhan Yang Maha
Esa agar hidup manusia menjadi seimbang antara kehidupan dunia dan spiritual.
√
Jika ehidupan
seseorang telah seimbang akan muncul perasaan tenang dan tumbuhlah pola hidup
yang selaras dan harmonis.
√
Lapisan ini juga
sebagai dasar kehidupan rohani manusia dengan lpisan nomor 4 yang jika bersinergi
akan membangun kehidupan yang aman, tenteram, harminonis, stabil serta dinamis,
yang juga disebut suasana homeostasis psikologis.
d.
Lingkaran nomor
2
√
Disebut
lingkaran hidup kejiwaan dengan hubungan kegunaan.
√
Pada hubungan
ini tidak perlu sampai ada hubungan mesra atau cinta.
√
Meski terjadi
pada benda atau binatang juga, tapi tidak sampai hubungan karib. Meskipun, bisa
saja terjadi.
√
Contoh hubungan
dari lapisan lingkaran ini adalah hubungan pembeli dan penjual, jadi, hubungan
tersebut telah selesai setelah penjual memberikan barang dagangannya dan
pembeli memberikan uang bayaran kepada penjual.
e.
Lingkaran nomor
1
√
Disebut lapisan
gambaran hubungan jauh.
√
Hubungan jauh
ini masih dalam lingkup masyarakat di luar dirinya satu bangsa dan negara.
Contohnya, Indonesia,
√
Berisi pikiran
dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia itu sendiri, benda-benda,
pengetahuan, adat, dan sebagainya.
√
Hubungan ini
jarang mempunyai pengaruh langsung dalam kehidupan sehari-harinya.
√
Lingkungan
hubungan jauh ini tidak banyak menarik perhatian orang, kebanyakan mereka
merasa cuek atau acuh tka acuh karena merasa jauh.
√
Contohnya adalah
petani-petani di pedalaman Kalimantan atau Papua, mereka merasa acuh tak acuh
pad Kota Yogyakarta yang tidak mereka kenal, meskipun pernah mendengar namanya
beberapa kali.
√
Contoh lain
adalah tukang bangunan di pinggir desa merasa tidak perlu tahu tentang keluaran
android generasi terbaru. Mereka enggan memikirkan hal-hal yang rumit tersebut.
√
Namun
sebenarnya, penyebab ketidakpedulian ini adalah kerena tidak ada tempat dan
fungsi langung dalam kehidupan mereka sehari-hari.
f.
Lingkaran nomor 0
√
Lapisan ini
berisi hubungan seseorang yang berada di luar masyarakat sebangsa dan senegara.
√
Seorang warga
negara yang dihubungkan dengan negara lain, sehingga merasa tidak ada sangkut
pautnya.
√
Contohnya adalah
bekas mahasiswa di luar negeri, tentu ia mempunyai kenangan yang selalu masuk
dalam kesadaran jiwanya.
Gambar lingkaran
konsentris tersebut di atas disebut sosio – psikogram, yang menggambarkan
struktur kejiwaan atau kepribadian manusia Timur yang dikemukakan oleh Hsu. Hsu
berpendapat bahwa manusia masih memerlukan suatu kebutuhan kejiwaan yang
bersifat mendasar dalam hidupnya.
Dia juga mengusulkan
konsep kepribadian Timur sebagai alternatif dari konsep kepribadian Barat.
Konsep kepribadian Timur ini adalah konsep Jen, konsep kepribadian menurut
ajaran Buddha di China, dalam kebudayaan China. Jen berarti manusia yang
berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian.
Konsep kepribadian
Timur, dengan Teori Jen ini, yakni manusia yang selaras dan berkepribadian itu
adalah manusia yang dapat menjaga keseimbangan hubungan antara diri
kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan sekitarnya
yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa dapat mencurahkan rasa cinta,
kemesraan, dan baktinya.
Menurut
Prof. Dr. Koentjaraningrat, konsep Hsu mengenai “alam jiwa manusia yang
selaras” seperti terurai di atas, adalah merupakan konsep psikologi yang amat
penting (Koentjaraningrat, 1992).
Konsep
manusia selaras memang ada hubungannya dengan pandangan Pancasila terhadap
manusia. Dan dapat dipakai sebagai bahan banding untuk menyusun konsep
kepribadian Bangsa Indonesia sebagai Manusia Indonesia yang seutuhnya, yakni
manusia yang berjiwa dan mempunyai semangat Pancasila dalam hidupnya.
Daftar pustaka
Fudaryanto, Ki. 2003, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
diakses pada 5 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar