Senin, 29 Mei 2017

Prinsip Kepribadian Jen dari Hsu (Francis L.K. Hsu)

Pendahuluan
            Kepribadian adalah hal yang kompleks dan masih sering diperdebatkan antar para ahli. Banyak pandangan muncul dan aliran-aliran yang saling mengkritik untuk memperkuat argumen atau memberi pemahaman baru atas penemuan yang baru didapatkan. Psikologi sendiri bermula dari Barat, seperti Amerika dan Eropa sehingga hasil dari Barat yang dijadikan acuan dan pijakan pengembang psikologi lain. Muncul salah satu pemikiran, Psikologi Timur sebagai alternatif dari teori-teori Psikologi Barat. Psikologi Barat banyak menggunakan pendekatan individu sehingga bersifat individualis. Aplikasinya juga tidak selalu dapat diterapkan pada masyarakat luas, karena perbedaan kultur masyarakatnya/ sedangkan Psikologi Timur banyak menggunakan pendekatan sosio-kultural untuk mengetahui kepribadian manusia.
Teori Kepribadian Jen dari Hsu
Kepribadian Jen dari Hsu adalah konsep kepribadian yang dirumuskan oleh seorang warga negara Amerika keturunan Cina bernama Francis L.K. Hsu. Ia merupakan sorang filsuf, psikolog dan antropolog kesusasteraan Cina klasik, dengan banyak keterampilan tersebut ia merumuskan kepribadian Timur atau disebut kepribadian Jen sebagai alternatif dari konsep Psikologi Barat yang berasal dari Eropa dan Amerika. Jen sendiri berasal dari sastra Cina yang berarti Manusia yang berjiwa selaras, manusia berkepribadian (Fudaryanto, 2003). Konsep ini dimuat dalam Majalah American Anthropologist Vol. 73 tahun 1971 dengan judul “Psychological Homeostasis and Jen” (pp. 23- 44).
Konsep kepribadian menurut Hsu berbentuk lingkaran-lingkaran yang konsentris sebagai gambaran struktur jiwa dan kepribadian. Dalam sebuah lingkaran besar terdapat lingkaran di dalamnya yang menjadi lingkaran dalam diberi nomer lingkaran 7 sebagai pusatnya. Ada delapan lingkaran konsentris, tetapi lingkaran-lingkaran ini hanya sebagai teknis untuk analisis dan pada kenyataan aslinya tentu tidak matematis, lingkaran yang digambarkan pun bukan lingkaran persi tetapi gambaran yang mengelilingi atau mengitari individu.


Keterangan gambar:
·         Lingkaran no 7, adalah lapisan tidak sadar.
·         Lingkaran no 6 adalah lapisan bawah sadar, dua konsep lingkaran terdalam mirip dengan konsep Das Es atau the Id milik Sigmund Freud.
·         Lingkaran no 5 adalah lingkaran lapisan kesadaran yang tidak dinyatakan.
·         Lingkaran no 4 adalah lapisan kesadaran yang dinyatakan.
·         Lingkaran no 3 menyatakan lapisan hubungan akran atau karib. Lingkaran nomor 3 dan no 4 menyatakan konsep manusia berjiwa selaras.
·         Lingkaran no 2 menunjukkan lapisan hubungan yang berguna atau ada manfaatnya.
·         Lingkaran no 1 menggambarkan lapisan hubungan jauh.
·         Lingkaran no 0 menggambarkan dunia luar.
Berikut adalah penjelasan dari lingkaran-lingkaran yang menggambarkan struktur jiwa dan kepribadian menurut Hsu atau yang biasa disebut sosiogram atau psiko-sosiogram.
a.       Lingkaran nomor 5
        Menggambarkan lapisan kesadaran yang tidak dinyatakan, isinya adalah kesadaran mengenai pikiran-pikiran dan gagasan yang disadari penuh oleh seseorang, tetapi tidak diungkapkan atau dinyatakan pada siapapun, jadi tetap disimpan dalam kesadaran.
        Kesadaran tersebut tidak diungkapkan karena beberapa alasan, yang kebanyakan alasan internal.
        Diantaranya adalah takut salah dan dimarahi.
        Merasa enggan menyatakan karena tidak yakin akan mendapat respon yang baik dan takut ditolak.
        Merasa malu jika nanti ditertawakan orang lain.
        Tidak menemukan cara atau kata-kata yng tepat untuk menggambarkan gagasan dalam dirinya.
b.      Lingkaran nomor 4
        Disebut juga lapisan kesadaran yang dinyatakan.
        Berisi pikiran, gagasan, perasaan, atau yang lainnya yang dapat diungkapkan dan dinyatakan secara terbuka pada orang lain.
        Misalnya adalah rasa simpati, kegembiraan, kemarahan, pendapat, gagasan, keinginan dan lain-lain.
        Dapat dikatakan isi dari lingkaran nomor 4 adalah bahan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain dimana saja.
c.       Lingkaran nomor 3
        Disebut lingkaran hubungan karib atau akrab, disebut juga intimate society.
        Berisi konsepsi tentang orang, binatang, benda yang biasa diajak berkomunikasi oleh si pemilik/individu tersebut secara akrab.
        Hubungan akrab ini sebagai sarana untuk berlindung, mencurahkan isi hati, menghilangkan tekanan batin, atau kesulitan hidup yang dihadapi.
        Lapisan ini memiliki pendukung, seperti orang tua, sahabat karib, saudara, teman dekat dan lain-lain.
        Pendukung ini juga bisa pada binatang, karena ada individu yang berhubungan karib dengan hewan, seperti anjing, kucing, burung kuda, ikan dan sebagainya. Disebut sebagai hewan kesayangan atau klangenan dalam Bahasa Jawa.
        Hubungan akrab psikologis merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan untuk membangun hubungan cinta dan kemesraan.
        Hubungan ini juga sebagai sarana menuju bakti secara penuh dan mutlak paa Tuhan Yang Maha Esa agar hidup manusia menjadi seimbang antara kehidupan dunia dan spiritual.
        Jika ehidupan seseorang telah seimbang akan muncul perasaan tenang dan tumbuhlah pola hidup yang selaras dan harmonis.
        Lapisan ini juga sebagai dasar kehidupan rohani manusia dengan lpisan nomor 4 yang jika bersinergi akan membangun kehidupan yang aman, tenteram, harminonis, stabil serta dinamis, yang juga disebut suasana homeostasis psikologis.
d.      Lingkaran nomor 2
        Disebut lingkaran hidup kejiwaan dengan hubungan kegunaan.
        Pada hubungan ini tidak perlu sampai ada hubungan mesra atau cinta.
        Meski terjadi pada benda atau binatang juga, tapi tidak sampai hubungan karib. Meskipun, bisa saja terjadi.
        Contoh hubungan dari lapisan lingkaran ini adalah hubungan pembeli dan penjual, jadi, hubungan tersebut telah selesai setelah penjual memberikan barang dagangannya dan pembeli memberikan uang bayaran kepada penjual.
e.       Lingkaran nomor 1
        Disebut lapisan gambaran hubungan jauh.
        Hubungan jauh ini masih dalam lingkup masyarakat di luar dirinya satu bangsa dan negara. Contohnya, Indonesia,
        Berisi pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia itu sendiri, benda-benda, pengetahuan, adat, dan sebagainya.
        Hubungan ini jarang mempunyai pengaruh langsung dalam kehidupan sehari-harinya.
        Lingkungan hubungan jauh ini tidak banyak menarik perhatian orang, kebanyakan mereka merasa cuek atau acuh tka acuh karena merasa jauh.
        Contohnya adalah petani-petani di pedalaman Kalimantan atau Papua, mereka merasa acuh tak acuh pad Kota Yogyakarta yang tidak mereka kenal, meskipun pernah mendengar namanya beberapa kali.
        Contoh lain adalah tukang bangunan di pinggir desa merasa tidak perlu tahu tentang keluaran android generasi terbaru. Mereka enggan memikirkan hal-hal yang rumit tersebut.
        Namun sebenarnya, penyebab ketidakpedulian ini adalah kerena tidak ada tempat dan fungsi langung dalam kehidupan mereka sehari-hari.
f.       Lingkaran nomor 0
        Lapisan ini berisi hubungan seseorang yang berada di luar masyarakat sebangsa dan senegara.
        Seorang warga negara yang dihubungkan dengan negara lain, sehingga merasa tidak ada sangkut pautnya.
        Contohnya adalah bekas mahasiswa di luar negeri, tentu ia mempunyai kenangan yang selalu masuk dalam kesadaran jiwanya.

Gambar lingkaran konsentris tersebut di atas disebut sosio – psikogram, yang menggambarkan struktur kejiwaan atau kepribadian manusia Timur yang dikemukakan oleh Hsu. Hsu berpendapat bahwa manusia masih memerlukan suatu kebutuhan kejiwaan yang bersifat mendasar dalam hidupnya.
Dia juga mengusulkan konsep kepribadian Timur sebagai alternatif dari konsep kepribadian Barat. Konsep kepribadian Timur ini adalah konsep Jen, konsep kepribadian menurut ajaran Buddha di China, dalam kebudayaan China. Jen berarti manusia yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian.
Konsep kepribadian Timur, dengan Teori Jen ini, yakni manusia yang selaras dan berkepribadian itu adalah manusia yang dapat menjaga keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa dapat mencurahkan rasa cinta, kemesraan, dan baktinya.
            Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, konsep Hsu mengenai “alam jiwa manusia yang selaras” seperti terurai di atas, adalah merupakan konsep psikologi yang amat penting (Koentjaraningrat, 1992).
            Konsep manusia selaras memang ada hubungannya dengan pandangan Pancasila terhadap manusia. Dan dapat dipakai sebagai bahan banding untuk menyusun konsep kepribadian Bangsa Indonesia sebagai Manusia Indonesia yang seutuhnya, yakni manusia yang berjiwa dan mempunyai semangat Pancasila dalam hidupnya.





Daftar pustaka
Fudaryanto, Ki. 2003, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
diakses pada 5 Mei 2017 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar